Pengikut

Senin, 15 Juni 2020

BACAAN AL-FATIHAH BAGI MAKMUM

Membaca surat al-Fatihah dalam Shalat adalah Wajib
Perhatikan hadist berikut:
صحيح البخاري - (ج 3 / ص 204) 714 - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ عَنْ مَحْمُودِ بْنِ الرَّبِيعِ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Shahih al-Bukhari (3/204) … dari ‘Ubadah bin ash-Shamat bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Bukanlah shalat bagi yang tidak membaca dengan pembukaan al-kitab (al-Fatihah)
Faidah hadist: Setiap orang harus membaca al-Fatihah dalam shalatnya. Dan bila tidak membaca al-Fatihah maka gugur shalatnya, kecuali orang tersebut memang belum mampu membacanya.

Dalam shalat sirriyah yaitu shalat-shalat yang di dalamnya Imam tidak membaca keras surat al-Fatihah dan surat-surat lainnya semisal shalat Dzuhur dan Ashar, kita memaklumi bahwa makmum wajib membaca al-Fatihah dan surat lainnya dengan sir atau tidak keras.Yang dimakud dalam tulisan ini adalah pada shalat-shalat jahriyah yaitu shalat-shalat yang di dalamnya Imam membaca bacaan surat al-Fatihah dan surat-surat yang lain dengan keras seperti jamaah shalat Maghrib, isya’, Shubuh, Jumat, Idain dan lain-lain.

Dalam shalat jahriyah, makmum wajib memperhatikan bacaan Imam
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآَنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ  [الأعراف/204]
Dan apabila al-Quran dibacakan, maka dengarkanlah ia baik-baik, dan perhatikan dengan tenang agar kamu mendapatkan rahmat.

Dalam shalat jahriyah, makmum wajib diam
Perhatikan hadist berikut:
سنن النسائي - (ج 3 / ص 485) أَخْبَرَنَا الْجَارُودُ بْنُ مُعَاذٍ التِّرْمِذِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَجْلَانَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُوا وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
Sunnan an-Nasa’i (3/485) … dari Abu Dawud, ia berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhya imam itu diangkat utuk diikuti, apabila ia bertakbir maka bertakbirlah, apabila ia membaca maka diamlah, apabila ia membaca, “sami’allahu iman hamidah maka ucapkanlah”, “Rabbana wa lakal-hamdu.”””
Faidah hadist:
  1. Makmum wajib mengikuti gerakan (yang disyariatkan dalam shalat) imam
  2. Bila imam membaca surat al-Fatihah dan surat-suratan lainnya, makmum wajib diam tanpa bersuara

Dalam shalat jahriyah, makmum dilarang mengeraskan suaranya
Perhatikan hadits berikut ini:
سنن أبي داود - (ج 2 / ص 487) حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ عَنْ مَالِكٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ ابْنِ أُكَيْمَةَ اللَّيْثِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْصَرَفَ مِنْ صَلَاةٍ جَهَرَ فِيهَا بِالْقِرَاءَةِ فَقَالَ هَلْ قَرَأَ مَعِيَ أَحَدٌ مِنْكُمْ آنِفًا فَقَالَ رَجُلٌ نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِنِّي أَقُولُ مَالِي أُنَازَعُ الْقُرْآنَ
Sunan Abu Dawud (2/487) … dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi w salam selesai dari mengerjakan shalat yang di dalamnya (bacaan) al-Quran dikeraskan, maka beliau bersabda, “Adakah salah seorang di antara kalian yang membaca bersamaku tadi?” Maka seseorang menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku katakan, jangan ada buatku, yang mengganggu bacaan al-Quran.”
Faidah hadist:
Makmum tidak boleh mengikuti bacaan imam dengan keras karena bias mengganggu konsentrasi imam

Dalam Shalat Jahriah, Makmum Tetap Wajib Membaca al-Fatihah
Perhatikan hadist berikut ini.
سنن أبي داود - (ج 2 / ص 484) - 701 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ النُّفَيْلِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ مَكْحُولٍ عَنْ مَحْمُودِ بْنِ الرَّبِيعِ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ كُنَّا خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ فَقَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَثَقُلَتْ عَلَيْهِ الْقِرَاءَةُ فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ لَعَلَّكُمْ تَقْرَءُونَ خَلْفَ إِمَامِكُمْ قُلْنَا نَعَمْ هَذًّا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لَا تَفْعَلُوا إِلَّا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَإِنَّهُ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِهَا
Sunan Abu Dawud (2/484) … Dari ‘Ubadah bin Shamit, ia berkata, “Dahulu kami shalat bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, lalu beliau membaca ayat dan kelihatannya beliau mendapatkan kesulitan (dalam membacanya). Beliau bersabda, “Barangkali kalian membaca di belakang imam kalian?” Kami menjawab, “Benar dengan suara lirih, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Jangan kalian lakukan, kecuali membaca pembuka al-Kitab (al-Fatihah), karena sesungguhnya bukanlah shalat bagi siapa yang tidak membacanya.”
Faidah hadist
  1. Makmum tidak boleh membaca bacaan (walaupun mengikuti imam) yang sampai terdengar bunyi bacaannya di belakang imam tidak diperbolehkan karena mengganggu konsentrasi imam
  2. Makmum tetap wajib membaca al-Fatihah walaupun dalam berjamaah
Bagaimana Makmum Membaca al-Fatihah
Perhatikan hadist-hadist berikut
صحيح مسلم - (ج 2 / ص 352) 598 - و حَدَّثَنَاه إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْحَنْظَلِيُّ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ ثَلَاثًا غَيْرُ تَمَامٍ فَقِيلَ لِأَبِي هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الْإِمَامِ فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِي نَفْسِكَ
Shahih Muslim (2/352) … dari al-‘Alai dari ayahnya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Siapapun yang mengerjakan shalat tidak membaca di dalamnya Ummu al-Quran (al-Fatihah) maka shalatnya kurang, tiga kali, tidak sempurna.” Maka dikatakan kepada Abu Hurairah, sesungguhnya saya mengikuti imam.” Abu Hurairah berkata, “Bacalah dalam  hatimu.”

سنن الترمذي - (ج 10 / ص 210) 2877 - حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ هِيَ خِدَاجٌ غَيْرُ تَمَامٍ قَالَ قُلْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ إِنِّي أَحْيَانًا أَكُونُ وَرَاءَ الْإِمَامِ قَالَ يَا ابْنَ الْفَارِسِيِّ فَاقْرَأْهَا فِي نَفْسِكَ
Sunan at-Tirmidzi (10/210) … dari ‘Abdurrahman, dari ayahnya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Siapapun yang mengerjakan shalat tidak membaca di dalamnya Ummu al-Quran (al-Fatihah) maka shalatnya kurang, shalatnya kurang, tidak sempurna.” (Ayah ‘Abdurrahman) berkata, “Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya saya mengikuti imam.” Abu Hurairah berkata, “Wahai Ibn al-Farisi, maka bacalah dalam  hatimu.”
Faidah kedua hadist di atas:
  1. Setiap orang yang mengerjakan shalat harus membaca al-Fatihah di dalam setiap rakaatnya
  2. Kalau sedang berjamaah, al-Fatihah dibaca dalam hati
Kapan Makmum Membaca Surat al-Fatihah pada Shalat Jahriyah
  1. Bila makmum masih mendapati imam membaca al-Fatihah secara sempurna. Berdasarkan hadist-hadist Shahih Muslim (2/352) dan Sunan at-Tirmidzi (10/210) menyatakan bahwa makmum hendaknya membaca al-Fatihah dalam hati dalam shalat jahriyah. Lalu kapan makmum membaca al-Fatihah? Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim dalam Shahih Fiqih as-Sunnah berpendapat bahwa makmum membaca al-Fatihah mengikuti imam ayat demi ayat dengan membaca dalam hati, sesuai petunjuk Abu Hurairah radliallahu ‘anhu di atas dengan alasan di antaranya adalah makmum tidak perlu membaca amin dua kali yaitu membaca amin bersama imam setelah imam mengucapkan waladhdhalin, dan membaca amin setelak ia sendiri membaca al-Fatihah.
  2. Bila makmum sudah tidak mendapati imam membaca al-Fatihah. Makmum mengikuti bacaan imam dan tidak perlu membaca al-Fatihah pada rakaat tersebut berdasarkan hadist:
سنن النسائي - (ج 3 / ص 485) أَخْبَرَنَا الْجَارُودُ بْنُ مُعَاذٍ التِّرْمِذِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَجْلَانَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُوا وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
Sunnan an-Nasa’i (3/485) … dari Abu Dawud, ia berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhya imam itu diangkat utuk diikuti, apabila ia bertakbir maka bertakbirlah, apabila ia membaca maka diamlah, apabila ia membaca, “sami’allahu iman hamidah maka ucapkanlah”, “Rabbana wa lakal-hamdu.”””
Juga berdasarkan hadist:
السنن الكبرى للبيهقي - (ج 2 / ص 90) (واخبرنا) أبو بكر بن الحارث الفقيه انبأ أبو محمد بن حيان ثنا ابراهيم بن محمد بن الحسن ثنا أبو عامر موسى ابن عامر ثنا الوليد يعنى ابن مسلم اخبرني مالك وابن جريج عن نافع عن ابن عمر انه كان يقول من ادرك الامام راكعا فركع قبل ان يرفع الامام رأسه فقد ادرك تلك الركعة
As-Sunnan al-Kubra lil-Baihaqi (2/90) … dari Ibn ‘Umar bahwa ia berkata, “Siapapun yang mendapati Imam sedang rukuk sebelum Imam mengangkat kepalanya sungguh ia mendapatkan itu rakaat.”
Faidah hadist
Makmum yang mendapati imam rukuk dan belum mengangkat kepalanya dianggap sudah mendapatkan satu rakaat.
السنن الكبرى للبيهقي - (ج 2 / ص 90)
(اخبرنا) أبو نصر بن قتادة انبأ أبو الفضل بن خميرويه ثنا احمد بن نجدة ثنا سعيد بن منصور ثنا أبو الاحوص ثنا منصور عن زيد بن وهب قال خرجت مع عبد الله يعنى ابن مسعود من داره إلى المسجد فلما توسطنا المسجد ركع الامام فكبر عبد لله وركع وركعت معه ثم مشينا راكعين حتى انتهينا إلى الصف حين رفع القوم رؤسهم فلما قضى الامام الصلوة قمت وانا ارى انى لم ادرك فاخذ عبد الله بيدى واجلسني ثم قال انك قد ادركت
As-Sunan al-Kubra li al-Baihaqi (2/90) … dari Zaid bin Wahb, ia berkata, “Saya keluar bersama Ibn Mas’ud dari rumahnya sampai masjid. Ketika kami sudah sampai masjid, imam telah rukuk, maka Abdullah (bin Mas’ud) takbir dan rukuk, dan aku pun ruku bersamanya. Kemudian kami berjalan sambil rukuk menuju shaf, ketika orang-orang telah mengangkat kepala mereka. Ketika Imam menyelesaikan shalatnya, aku berdiri, karena saya mengira saya tidak mendapatkan (rakaat pertama), maka ‘Abdullah (bin Mas’ud) menyeret tanganku dan mendudukkanku lalu berkata, “Sesungguhnya kamu telah mendapatkan (rakaat pertama).”
Faidah hadist
Makmum yang mendapati imam rukuk dan belum mengangkat kepalanya dianggap sudah mendapatkan satu rakaat.
Kedua hadist tersebut menyatakan bahwa makmum yag mendapati atau memulai shalat saat imam sedang rukuk dan belum mengangkat kepalanya maka ia mendapatkan satu rakaat walaupun belum membaca al-Fatihah. Kesimpulannya adalah bila dalam shalat jahriyah makmum mendapati imam sudah selesai membaca al-Fatihah, maka makmum tak perlu membaca al-Fatihah, tetapi tetap mengikuti bacaan imam dan ikut membacanya dalam hati. Wallahu a’lam.
Ditulis Senin, 13 Jumadil Awwal 1434 H di Paras Banjarasri Kalibawang

Tidak ada komentar: