Sabtu, 29 Maret 2025

Raja ke-2 Mataram Islam: Panembahan Hanyakrawati

Panembahan Hanyakrawati, yang memiliki nama asli Raden Mas Jolang, adalah raja kedua Kesultanan Mataram Islam yang memerintah dari tahun 1601 hingga 1613. Ia merupakan putra dari Panembahan Senapati, pendiri dan raja pertama Mataram, dengan permaisuri Ratu Mas Waskitajawi, putri dari Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati

Silsilah Keluarga

Menurut sumber sejarah, raja yang menempati urutan kedua dalam daftar silsilah pemimpin Kerajaan Mataram Islam tersebut menikah sebanyak dua kali. Istri pertamanya bernama Ratu Tulungayu yang asalnya dari Ponorogo.

Pada awalnya, pasangan tersebut hidup dengan bahagia. Bahkan, sang raja menjanjikan kalau keturunan mereka kelak akan menduduki tahta kerajaan. Namun setelah sekian lama menanti, mereka belum juga mendapatkan keturunan.

Dalam penantian tersebut, sang raja memutuskan untuk menikah kembali dengan Dyah Banowati. Dari pernikahan ini, mereka mendapatkan dua orang anak. Mereka adalah Raden Mas Rangsang dan Ratu Pandansari.

Beberapa tahun setelah menjadi raja, Ratu Tulungayu pun hamil dan melahirkan seorang anak bernama Raden Mas Wuryah. Sayangnya, anak yang digadang-gadang menjadi penerus ini konon memiliki kondisi yang kurang sempurna.

Berikut Silsilahnya

·      Ayah: Panembahan Senapati (Raden Sutawijaya)

·      Ibu: Ratu Mas Waskitajawi​ (putri Ki Ageng Panjawi penguasa Pati)

·      Istri:

  1. Ratu Tulungayu, putri dari Ponorogo​
  2. Dyah Banowati, putri Pangeran Benawa dari Pajang​

·      Anak:

  1. Raden Mas Rangsang (Sultan Agung)​ – putra Dyah Banowati
  2. Raden Mas Wuryah (Adipati Martapura)​ – putra Ratu Tulungayu
  3. Ratu Pandansari​ – putri Dyah Baowati

Perjalanan Hidup dan Pemerintahan

Setelah wafatnya Panembahan Senapati pada tahun 1601, Raden Mas Jolang naik takhta dengan gelar Panembahan Hanyakrawati . Masa pemerintahannya diwarnai oleh berbagai pemberontakan, termasuk dari saudara-saudaranya sendiri. Salah satu pemberontakan signifikan terjadi pada tahun 1602, dipimpin oleh Pangeran Puger, kakaknya, yang merasa lebih berhak atas takhta Mataram .​

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Panembahan Hanyakrawati tetap berupaya memperkuat kerajaan. Ia melanjutkan pembangunan di Kotagede, meneruskan upaya ayahnya dalam mengembangkan keraton Mataram . Selain itu, ia menjalin kontak dengan Belanda setelah mereka mendirikan kantor dagang di Gresik, menunjukkan diplomasi aktif dalam pemerintahannya .​

Panembahan Hanyakrawati wafat pada tahun 1613 dan dimakamkan di Kotagede, Yogyakarta, menjadikannya raja terakhir Mataram yang dimakamkan di sana . Setelah wafatnya, takhta Mataram diwariskan kepada putranya, Raden Mas Rangsang, yang kemudian dikenal sebagai Sultan Agung, salah satu raja terbesar dalam sejarah Mataram Islam

Tidak ada komentar:

Paras Kampungku

Ngatini, Sukarno, Suminem, Suyati, Tukiman, dan Wakidi (Mendapat Hidayah: Gunung Kelir Menjadi Saksi Pertambahan Saudara Seiman

Gunung Kelir, sebuah wilayah yang tenang di Girimulyo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi saksi atas sebuah peristiwa yang men...