K.H. Anastasius Priharsoyo, S.Ag., yang
awalnya seorang misionaris Katolik seperti kedua orang tuanya, merasa terbatas
dalam menjangkau masyarakat miskin dan pecandu di Jawa Tengah karena kecurigaan
yang mereka miliki terhadapnya. Ia mulai berpikir bahwa dengan menjadi seorang
Muslim, ia bisa lebih diterima dan membantu lebih banyak orang. Setelah
mempelajari Al-Qur'an dan meyakini bahwa Islam menawarkan pedoman hidup yang
lebih baik dibandingkan dengan Alkitab, ia memutuskan untuk masuk Islam pada
tahun 1976.
Delapan tahun setelah memeluk Islam,
ia mendirikan Pondok Pesantren Al Islamy, sebuah pusat pendidikan dan
rehabilitasi narkoba di Padaan Banjarharjo Kalibawang Kulon Progo DIY. Meskipun
menjadi Muslim, ia tetap mempertahankan beberapa ajaran Katolik dan menolak
interpretasi Islam yang eksklusif, seperti mengucilkan non-Muslim. Pesantrennya
menjadi pusat pembelajaran dan penyembuhan multikeyakinan yang juga mengadopsi
unsur mistisisme Jawa.
Dengan pendekatan yang moderat dan
inklusif, ia memberikan pendidikan agama sesuai kepercayaan masing-masing
murid—umat Kristen diajarkan oleh seorang pastor, sedangkan umat Islam
diajarkan olehnya. Ketika memberikan khotbah mingguan, ia menyesuaikan
pendekatan: menggunakan nyanyian Gregorian jika lebih banyak umat
Kristen hadir dan bacaan Al-Qur'an jika mayoritas adalah Muslim.
Dalam misinya, Priharsoyo
menunjukkan bahwa keyakinan yang berbeda bisa berdampingan secara harmonis, dan
dedikasinya terhadap rehabilitasi pecandu narkoba mencerminkan komitmen
spiritualnya setelah berpindah keyakinan ke Islam. Sumber: A Faith
Healer's Passion | TIME.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar