Jumat, 21 Maret 2025

Raja Mataram Islam ke-3: Sultan Agung Hanyakrakusuma

Detail Gambar Sultan Agung Hanyokrokusumo Koleksi Nomer 51

Raja Mataram Islam ketiga adalah Sultan Agung Hanyakrakusuma (memerintah 1613–1645). Ia merupakan raja terbesar dalam sejarah Kesultanan Mataram dan dikenal sebagai pemimpin yang gagah berani serta berambisi menyatukan Nusantara.

Nama Lengkap dan Gelar

Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika atau Raden Mas Rangsang. Setelah naik takhta, ia bergelar Sultan Agung Anyokrokusumo atau Prabu Pandita Hanyakrakusuma.

 

Istri-istrinya

Sumber sejarah menyebutkan beberapa istri Sultan Agung, di antaranya:

·     Ratu Kulon – Putri dari Kiai Adipati Mandaraka (Patih Mataram).

·     Ratu Wetan – Putri dari Panembahan Ratu Cirebon.

·     Putri dari Kesultanan Banten – Istri politik untuk mempererat hubungan dengan Banten.

 

Anak-anaknya

Beberapa anak Sultan Agung yang tercatat dalam sejarah adalah:

·     Amangkurat I (pengganti Sultan Agung sebagai Raja Mataram ke-3).

·     Pangeran Alit (adik Amangkurat I, tewas dalam konflik dengan kakaknya).

·     Pangeran Purbaya (terkenal sebagai pangeran yang menolak tunduk kepada VOC).

 

Kisah Heroiknya

·     Penyerangan ke Batavia (1628–1629)

Sultan Agung sangat menentang kehadiran VOC (Belanda) di Nusantara. Pada tahun 1628 dan 1629, ia dua kali menyerang Batavia (sekarang Jakarta) yang saat itu menjadi pusat kekuasaan Belanda di Hindia Timur.

ü Serangan Pertama (1628)

Dipimpin oleh Tumenggung Bahurekso, tapi gagal karena kurangnya pasokan logistik.

ü Serangan Kedua (1629)

v  Dipimpin oleh Sura Agul-agul dan Dipati Ukur.

v Sultan Agung menggunakan taktik "bumi hangus", menghancurkan lumbung padi agar tidak bisa digunakan oleh VOC.

v  Pasukan Mataram sempat mendekati benteng Batavia, tetapi kekurangan suplai dan terpaksa mundur.

Meskipun gagal merebut Batavia, serangan ini membuat Belanda kewalahan dan memperkuat pertahanan mereka.

 

·     Reformasi di Mataram

ü Mengukuhkan Islam sebagai agama kerajaan, tetapi tetap mempertahankan tradisi Jawa.

ü Menyusun Kalender Jawa, menggabungkan kalender Saka Hindu dengan kalender Hijriyah Islam.

ü Memperluas Wilayah Mataram, hingga mencakup sebagian besar Pulau Jawa, kecuali Banten dan Batavia.

 

·     Wafat

Sultan Agung wafat pada 1645 dan dimakamkan di Imogiri, Yogyakarta.


·     Peninggalannya yang masih dikenal hingga kini adalah:

ü Kalender Jawa (digunakan sampai sekarang).

ü Kompleks makam raja-raja Mataram di Imogiri.

ü Pengaruh besar dalam budaya Jawa dan Islam di Indonesia.

Sultan Agung dikenang sebagai pahlawan nasional yang gigih melawan kolonialisme dan membangun kejayaan Mataram Islam.


Tidak ada komentar:

Paras Kampungku

Ngatini, Sukarno, Suminem, Suyati, Tukiman, dan Wakidi (Mendapat Hidayah: Gunung Kelir Menjadi Saksi Pertambahan Saudara Seiman

Gunung Kelir, sebuah wilayah yang tenang di Girimulyo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi saksi atas sebuah peristiwa yang men...