Riwayat Hidup Pendiri Muhammadiyah
Ternyata K.H. Ahmad Dahlan Keturunan
Syaikh Maulana Malik Ibrahim
Oleh Sugiyanta, S.Ag, M.Pd
K.H. Ahmad Dahlan yang mendirikan
Persyarikatan Muhammadiyah pada tanggal 8 Zulhijjah 1330 Hijriah yang
bertepatan dengan 18 November 1912 di Yogyakarta ternyata keturunan Syaikh Maulana Malik Ibrahim. Ayahanda beliau adalahseorang alim yang bernama Kyai
Haji Abu Bakar bin Kyai Haji Sulaiman, pejabat khatib di Masjid Besar Kesultanan
Yogyakarta. Ibunda beliau adalah putri Haji Ibrahim bin Kyai Haji Hasan,
pejabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Dengan mengetahui garis
keturunan ini, diketahui bahwa K.H. Ahmad Dahlan adalah anak orang yang berada
dan berkedudukan baik dalam masyarakat.
KH. Ahmad Dahlan
Kelahiran dan
Mangkat Beliau
Beliau dilahirkan dengan nama kecil Muhammad Darwis,
di kampung Kauman Yogyakarta pada tahun 1285 Hijriyah bertepatan dengan tahu
1868 masehi. Pada tanggal 23 Februari 1923, beliau mangkat dan dimakamkan di Karangkajen
Yogyakarta.
Garis Keturunan
Seorang sejarawan, Solichin Salam, dalam bukunya yang
berjudul Riwayat KH. Ahmad Dahlan, mengutip pendapat buku silsilah Eyang Abdul
Rahman, Ploso Kuning menyebutkan garis keturunan K. H. Ahmad Dahlan sebagai
berikut:
Muhammad Darwis (Ahmad Dahlan)
bin
Kyai Haji Abu bakar
Bin
Kyai Haji Muhammad Sulaiman
Bin
Kyai Murtadho
bin
Kyai Ilyas
bin
Demang Jurang Juru Kapindo
bin
Demag Jurang Juru Sepisan
bin
Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig
(Jatinom Klaten)
bin
Maulana Ainul Yakin
bin
Maulana Ishak
bin
Maulana malik Ibrahim
Istri-Istri Beliau
Solichin Salam juga menyatakan bahwa istri-istri
beliau adalah:
1. Nyai
Abdullah, janda dari Haji Abdullah
2. Nyai Rum,
bibi Prof. Abdul Kahar Muzakir, juga termasuk adik Kyai Munawir Krapayak
3. Nyai Aisyah,
adik ajengan penghulu Cianjur
4. Nyai
Sholichah, puteri Kanjeng Penghulu M. Syafii, juga adik Kiyai Yasin dari Pura
Pakualaman Yogyakarta
5. Nyai Walidah
(terkenal dengan sebutan Nyai Ahmad Dahlan), putri Kyai Penghulu Haji Fadhil. Pada 17 November 1971 dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional.
Nyai Ahmad Dahlan, Nyai Walidah Putra-Putri Beliau
Bersama Nyai Walidah, Muhammad Darwis atau K.H. Ahmad
Dahlan memiliki putra dan putri sebagai berikut:
1. Johanah, beliau menjadi istri pertama Haji
Hilal
2. Haji Siraj
Dahlan, beliau
menjadi Direkstur Madrasah Mualimin Muhammadiyah di Yogyakarta
3. Siti Busra, beliau menjadi istri Haji Isom Ja’far
4. Siti Aisyah, beliau menjadi istri kedua Haji
Hilal, setelah Johanah meninggal dunia
5. Zuharah, beliau menjadi istri haji Masykur di
Banjarmasin
6. Irfan Dahlan, beliau bergabung dengan gerakan
Ahmadiyah Qadian sebagaimana disampaikan oleh A.K. Pringgodigdo dalam bukunya
Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, terbitan Dian Rakyat tahun 1977. Tetapi hal
ini disanggah oleh cucu beliau yang kini menjadi tokoh muslim di Thailand.
Pendidikan Beliau
Semasa kecil tidak memasuki sekolah, karena orang
Islam ada masa itu melarang putra-putrinya mengenyam pendidikan pendidikan di
sekolah Gubernermen. Sebagai gantinya, ayah beliau, Kyai haji Abu Bakar
mendidiknya ilmu tafsir dan hadits, bahasa Arab dan fikih. Beliau juga
belajar kepada selain ayahandanya.
Pada tahun 1890, beliau pergi ke Mekkah dan belajar di
sana selama setahun. Pada tahun 1903, Beliau kembali ke Mekkah dan belajar
kepada Syaikh Ahmad Chathib. Beliau juga belajar tauhid, tasawuf, ilmu falak
dsb. Beliau sangat tertarik kepada Tafsir al-Manar karya Muhammad Abduh.
Guru-Guru Beliau
Diantara guru-guru beliau di Jawa adalah Kyai Haji
Shalih Darat (di Semarang), Kyai Haji Muhammad Nur (kakak iparnya), Kyai Haji
Said, R. Ngabei Wedono Sosrosugondo (ayahanda Ir Suratin), Raden Wedono
Dwijosewaja. Ilmu Falak beliau pelajari dari Kyai Haji Dahlan Semarang (menantu
Kyai Darat Semarang, dan Yaikh Muhammad Jamil Jambek.
Diskusi dan Debat
Pernah berdebat masalah agama dengan
1.
Pastor Van Drees dan Pastor Van Liest
(Katholik)– mengenai masalah ketuhanan di kampung Dagen
2.
Pendeta Domine Bakker (Protestan) di Jetis
3.
Dr. Laberton (Protestan)
Perjuangannya
1.
Tahun 1903 bertemu dengan Rashid Ridla – ide
pembaharuan Islam mulai muncul
2.
Sepulang dari Mekkah yang kedua, berdasarkan
keahliannya dalam ilmu falaq, beliau berusaha membetulkan arah kiblat masjid
3.
Membangun langgar (masjid kecil) dengan arah kiblat
yang benar
4.
Kyai Haji Kamaludiningrat (penghulu saat itu),
memerintahkan untuk merusak langgar tersebut.
5.
Bermaksud meninggalkan kota Yogya bersama istrinya
(Nyai Ahmad Dahlan), tetapi dicegah oleh kakak iparnya (Kyai Shalih)
6.
Memperbolehkan kaum wanita keluar rumah untuk belajar
agama
7.
Berdakwah ke Jawa Timur atau Jawa Barat sambil menemui
para ulama dan berdagang batik
8.
Tahun 1909 memasuki Budi Utomo dan memberikan
pengajaran agama
9.
Tahun 1910 memasuki Jam’iyat al-Khair – organisasi
dakwah yang mempunyai banyak hubungan dengan Arab
10. Tahun 1911
memasuki Syarikat Islam
11. Tahun 1911
mendirikan sekolah Muhammadiyah atas permintaan Budi Utomo (dengan bentuk lokal
dengan papan tulis, meja dan kursi)
12. Menjadi
pengurus Komite Tentara Kanjeng Muhammad (organisasi di Solo, untuk menghadapi
golongan yang menghina Nabi Muhammad
13. Banyak
mendatangi Kweek School di Jetis Yogyakarta, MOSVIA di Magelang
14. Tahun 1912
mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah
Wallahu a’lam bishshawab