Senin, 17 Maret 2025

Cerita Asal-Usul Nama Paras dan Daerah Sekitarnya

Ilustrasi Raden Aris Langu sedang menyusuri setelah turun perbukitan Menoreh setelah Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda

Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Jenderal De Kock di Magelang pada tahun 1830 akibat tipu daya Belanda, banyak pengikutnya tercerai-berai. Salah seorang pengikut setianya, Raden Aris Langu, memilih untuk mengembara ke berbagai tempat guna mencari perlindungan dan kehidupan yang baru.

Perjalanan Aris Langu membawanya ke sebuah daerah yang penduduknya tidak begitu ramah. Mereka bersikap sombong, angkuh, dan enggan mengalah. Karena perilaku penduduknya yang demikian, Aris Langu menyebut daerah itu dengan nama Semaken, yang berasal dari kata "semangkean", menggambarkan sifat keras dan angkuh mereka.

Merasa tidak diterima di daerah itu, Aris Langu melanjutkan perjalanannya ke arah utara. Di tengah perjalanannya, ia merasa kehausan dan mencari sumber air untuk diminum. Namun, ketika ia menemukan air, ternyata air tersebut berbau tidak sedap, atau dalam bahasa Jawa disebut "langu". Maka, ia menamai daerah itu Tlangu sebagai pengingat akan air yang berbau tersebut.

Aris Langu kemudian melanjutkan langkahnya ke arah timur. Setelah berjalan cukup jauh, ia beristirahat di bawah sebuah pohon kelapa. Merasa kehausan, ia memetik satu kelapa muda dan membayangkan kesegarannya. Kelapa muda itu seolah-olah meminta untuk segera dibuka, atau dalam bahasa Jawa disebut "kemaras". Maka, ia menamai tempat itu Paras, sebagai tanda peristirahatan dan keinginannya menikmati kesegaran kelapa muda.

Perjalanan masih berlanjut, dan Aris Langu bergerak lebih jauh ke arah timur. Dengan tongkatnya, ia mencoba mencari sumber air dengan menancapkannya ke tanah. Namun, air di tempat itu tidak mau mengalir keluar. Dalam bahasa Jawa, "tuk" berarti sumber air, sedangkan "mandek" berarti berhenti. Maka, ia memberi nama tempat itu Tukmandek, karena air di sana enggan mengalir.

Setelah perjalanan panjangnya, Aris Langu akhirnya sampai di sebuah wilayah yang tenang. Ia kembali menancapkan tongkatnya ke tanah, tetapi kali ini berbeda. Dari sembilan tempat di mana tongkatnya ditancapkan, muncul sembilan sumber air yang mengalir deras. Ia menamai daerah itu Tuksongo, yang berarti "sumber air yang berjumlah sembilan".

Merasa menemukan tempat yang damai dan subur, Aris Langu memutuskan untuk menetap di Tuksongo hingga akhir hayatnya. Ia menjalani sisa hidupnya dengan damai di tempat itu, dan setelah meninggal dunia, ia dimakamkan di daerah tersebut. Kisahnya tetap dikenang oleh masyarakat setempat sebagai bagian dari sejarah perjalanan dan penamaan daerah di wilayah yang kini termasuk dalam Kapanewon Kalibawang.



Tidak ada komentar:

Paras Kampungku

Delfano Charies Rieyan: Merasakan Kedamaian dan Makna Hidup yang Sesungguhnya

  Delfano Charies Rieyan, dikenal sebagai Delfano Charies atau Fano, adalah seorang YouTuber dan pengusaha asal Semarang, Indonesia, yang ...