Pada kesempatan FGD tersebut yang dihadiri adalah 9 pengurus utama Ranting Muhamamdiyah Banjar Asri, antara lain:
a. Tukiman
b. Sugiyo
c. Drs Mardi Santoso
d. Drs Sunarjo Muslim
e. Muhammad Sujud Ismawan, SE
f. Karjan
g. Sugiyanta
h. Drs Mardjo
i. Drs. H Sardjo
Dari hasil FGD yang dilakukan mendapatkan kesimpulan bahwasanya Pada tahun 1929 Muhammadiyah sudah ada di desa Banjar Asri. Tujuan didirikan Muhammadiyah yaitu untuk membatasi Kristenisasi yang ada di desa Banjar Asri. Ini dibuktikan bahwa pada 929 tercatat bahwasanya Muhammadiyah telah berhasil mengganggu misi yang dilakukan pihak Katolik yang mana telah tercatat “merebut” desa-desa yang menurut mereka itu untuk Gereja. Muhammadiyah berhasil menghalangi misi diawali dengan pendirian tempat pendidikan. Pada suatu hari Wedono Kalibawang menginginkan sekolahan di daerah Kalibawang (lih. Robert Hardawiryana SJ, Romo JB Prannthaler SJ Perintis Misi di Perbukitan Manoreh, (Yogyakarta 2002), hal. 160.).
Sehingga Muhammadiyah mendirikan sekolahan pertamanya di Degan Banjararum. Orang Kristen atau Kanisius pada saat itu tidak mempunyai dana sehingga tidak bisa membangun sekolahan yang diinginkan oleh wedono pada saat itu. Akan tetapi Muhammadiyah sebaliknya, dengan tekat untuk membendung Kristenisasi yang ada di tempat itu sehingga dibangunlah sekolahan yang sekarang disebut dengan SD Muhammadiyah Degan.
Pada 1956 SMP Muhammadiyah Dekso (kini SMP Muhammadiyah 1 Kalibwang) didirikan di Dekso, Banjararum. Dengan adanya sekolahan ini Islam berkembang di daerah tersebut dan berhasil mambendung Kristenisasi yang dilakukan oleh pihak Katholik. Muhammadiyah menjadi satu-satunya pesaing Katholik, yang menurut orang Katholik, merupakan pesaing yang sangat berat. Sehingga dengan adanya SMP Muhammadiyah Dekso dan pendidikan-pendidikan Muhammadiyah lainnya. SMEA Muhammadiyah Dekso (Kini SMK Muhammadiyah Kalibawang) didirikan pada tahun 1971, dengan kepala sekolah periode 1971-1972 adalah Pak Drs. M. Tjiptadi. Sehingga masyarakat tidak lagi belajar di Boro Banjarasri lagi. Pada saat itu di Boro sudah ada Sekolah Teknik dan SPG Sandjaya.
Tujuh orang pendiri Cabang Muhammadiyah Dekso, yang juga pendiri sekolah-sekolah Muhammadiyah yang ada di Dekso antara lain:
a. H. Sasrto Sorok (dikenal dengan Haji SS)
b. Dwijosarono,
c. Sir Martowiiarjo)
d. Marto Wiruno,
Dakwah Muhammadiyah pada tahun itu diantaranya adalah dengan: Pengajian, Pendidikan, Musik, serta Kebudayaan.
Sebelum peristiwa G30S/PKI meletus, masyarakat Islam yang ada di desa Banjarasri tidak mengaku kalau dirinya beragama Islam. Mereka juga tidak mengaku Katolik. Dengan melihat kondisi tersebut orang Katolik melakukan misi dari rumah-rumah dengan tujuan agar mengikuti keimanan mereka. Masyarakat selalu diundang dalam acara misi mereka termasuk di pedukuhan Paras.
Pada saat G30S/PKI meletus, masyarakat yang merasa Katolik langsung pergi ke daerah tengah (Daerah Boro) yang mana berkumpul dilingkungan orang-orang Katolik dan yang merasa Islam tetap tinggal di lingkungan yang banyak orang Islamnya. Dengan adanya G30S/PKI masyarakat baru mengakui bahwa dirinya beragama Islam dan yang mengaku Katolik mereka mengaku Katolik. Islam, setelah perestiwa G30S/PKI di daerah perdukuhan Paras, erkembang pesat dengan ditandai dengan adanya pengajian dari dusun ke dusun yang mana digerakan oleh Pak Sugiyono. Pak Sugiyono merupakan sosok guru ngaji antar kampung dan guru di sekolahan formal (SMP Muhammadiyah Dekso), beliau mengajar dari tahun 1960-2008.
Sugiyono HS - Penggerak Muhammadiyah dan Dakwah Islam tahun 1960 - 2000an
Cara berdakwah Pak Sugiyono dilatarbelakangi oleh salah satu profesinya, yaitu sebagai seorang pengajar atau guru. Beliau dapat mendidik dan menghapuskan yang syirik pada saat itu. Walaupun dakwah yang dilakukan oleh Pak Sugiyo cukup keras, beliau mampu menghilangkan kesirikan yang ada di daerah sekitarnya. Pada masanya mushola dan masjid dijadikan media untuk berdakwah.
Pada 3 Febuari 1969 di perdukuhan Kepiton, Banjar Asri TK ABA didirikan. Dengan alasan untuk memajukan Islam dan memperkuat Iman masyarakat. Serta untuk menarik perhatian dan menampung anak-anak yang ingin bersekolah dan memberikan pendidikan keagamaan kepada anak-anak. Mayarakat pada saat itu sangat mendukung dengan adanya TK ABA sehingga pada saat itu terdapat 53 murid yang mana murid-murid berasal dari warga sekitar.
Pada 1978 Ranting Muhammadiyah Banjarasri didirikan Siswopranoto menjadi ketua selama tiga periode yaitu tahun 1978-1981 dan 1981-1984 dan 1894-1897. Pada kepemimpinanya dibantu dengan pengurus lainnya membangun pengajian dimasing-masing pedukuhan. Pada periode ini setiap perdukuhan mempunyai pengajian masing-masing. Penggerak pengajian adalah Sugiyono Hadisumarto, yang mana hal tersebut telah ditetapkan pada pembentukan pengurus tingkat ranting pada tahun 1979.
Sholat Jum’at masih masih diselenggarakan di rumah warga, di Rumah Pak Siswo Prinoto, ketua Rating Muhammadiyah pada saat itu. Selanjutnya Muhmmadiyah berdakwah dengan pengajian, dan pendidikan kader. Hingga pada 1985 sampai 1996. Maka diadakan pengajian muda keliling kampung setiap malam jum’at. Pada saat itu jamma’ahnya terdiri dari tujuh puluhan pemuda dari seluruh pemuda Islam di Banjarasri. Penggerak pengajian pemuda adalah Pak Sugiyono yang mana disisi lain sebagai guru di sekolah. Sehingga pengajian berjalan dengan baik karena Pak Sugiyono tidak hanya melakukan memantau pemuda kampung tetapi juga membimbing pemuda baik saat tidak di sekolah.
Pada 1978 hingga 1990, periode kepemimpinan di ranting terhitung selama 3 tahun. Mulai 1990 hingga sekarang periode kepemimpinan menjadi 5 tahun. Pada periode 1990- 1995 Ranting dipinpin oleh Sugiono HS yang mana pada tahun ini mengalami perkembangan dalam strategi dakwah yaitu dengan adanya Taman Pendidikan Alquran yang dipimpin oleh Drs. Sunarjo Muslim dan R. Wardoyo yang ada di desa Banjar Asri.
Tahun 1983 Pemuda Ranting Muhammadiyah Banjarasri didirikan. Sehingga pemuda yang sekolah di Dekso mengikuti kegiatan tersebut dengan antusias dan semangat. Selain itu tidak lain juga dengan pemuda Islam yang ada di desa Banjarasri. Para pemuda mendapat dukungan penuh dari orang tuanya sehigga pemuda pada saat itu sangat aktif dalam kegiatan Pemuda Muhammadiyah. Dari sinilah awal mula majunya Islam yang ada di desa Banjarasri yang mana pemudanya sangat antusias melakukan kegiatan-kegiatan Islam yang ada di desa tersebut, seperti pengajian, sekolah, dan kegiatan yang lainnya. Di antara ketua:
a. Sunarjo Muslim
b. Karjono
c. Sunarto
d. Tri Atmojo
e. Sudarisman
f. Sugiyo
g. Ismartoyo
h. Sugiyanta
Organisasi Otonom Muhammadiyah, Aisyah, di Banjarasri didirikan pada tahun 1985. Dengan jamaah anggota pertama adalah 50 orang dan sekarang sekitar 80 anggota. Pada saat itu pengajian diadakan di rumah-rumah warga. Mudi-mudi dan ibu-ibu berantusias dalam meramaikan pengajian. Materi yang biasanya disampaikan di pengajian adalah tentang aqidah, fikih, ahlaq dan muamalah, Seluruh materi pengajian merujuk ke Himpunan Majlis Tarjih (HMT).
2 komentar:
Luar biasa...semoga menjadi jariah bagimu Ayah...
Amin. Terima kasih
Posting Komentar