Istilah "kumpul kebo" kini memeiliki makna hidup bersama dalam satu rumah antara seorang laki-laki dewasa dan perempuan dewasa tanpa ikatan pernikahan. Tentu saja mereka bukan kakak beraddik, atau famili, atau keluarga, karena hidup bersama seperti seorang suami dan istri. Namun menurut embah-embah yang kini berusia 80 tahunan atau lebih makna tersebut sangat berlawanan dengan makna 50 hingga 90 tahun silam.
Dahulu, di era tahun 1950-nan, bila ada pasangan suami istri muda sedang dilanda konflik lalu menimbulkan perpecahan, yang membuatnya berpisah sementara, biasanya si perempuan pulang ke keluarganya untuk sementara waktu (dalam bahasa Jawa disebut "purik"). Oleh warga sekitar disebut "pisah kebo" atau dalam percakapan "Amargo lagi padha padudon, kebone pisahan." (Karena sedang marahan, kerbaunya pisahan). Nah, saat mereka mulai baikan, si wanita atau istri kembali ke rumah suami, atau dijemput oleh suami diajak pulang, lalu muncul istilah "kumpul kebo". Orang mungkin berkata, "Kebone wis kumpul maneh" (Kerbaunya sudah berkumpul seruma lagi.)
Jadi istilah "kumpul kebo" istilah yang baik, bahwa suami dan istri serumah lagi setelah beberapa hari berpisah karena memiliki masalah dalam keluarga. Kok kebo, bukan dengan nama binatang yang lain? Istilah kumpul kebo ternyata sudah populer pada zaman Belanda. Tetapi bukan "kumpul kebo", mereka menggunakan "koempoel gebouw". Mungkin orang awam mendengarnya "kumpul kebo". Istilah yang asli dahulunya adalah 'koempoel gebouw', di mana 'gebouw' bermakna 'bangunan atau rumah' (bahasa Inggris: building). jadi 'koempoel gebouw' tentu maksudnya adalah 'kumpul di bawah satu atap rumah'.
Dalam bahasa Belanda ada istilah "samen leven" hidup bersama. Nasib istilah ini hampir sama dengan nasib istilah "kumpul kebo" yang dimaknai hidup bersama antara wanita dan pria tanpa ikatan perkawinan. Pada hal di Belanda, kata "samen leven" memiliki arti yang sangan positif. Samen leven bermakna It's one of the core values of Dutch culture: the concept that no matter how much we differ, we all have to find a way to not just coexist but actively cooperate. The simplistic folk-sociological explanation of this is that it's a crowded country with a shared objective: keep our feet dry, keep the sea back.
Jadi semen leven adalah salah satu nilai utama budaya Belanda, walaupun menganut kosep budaya yang berbeda, hidup harus berdampingan, dan bergotong royong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar