Sabtu, 05 April 2025

Ferenc Raymond Sahetapy

 


Ferenc Raymond Sahetapy (1 Januari 1957 – 1 April 2025) adalah seorang aktor dan penyanyi Indonesia. Dikenal luas sebagai salah satu pemeran paling disegani di generasinya, Ray kerap membawakan peran-peran pria kompleks dengan karakter yang dalam dan penuh nuansa. Kariernya di dunia seni peran membentang lebih dari empat dekade, dan penampilannya dalam film-film drama seperti Ponirah Terpidana (1983), Tatkala Mimpi Berakhir (1987), dan Jangan Bilang Siapa-Siapa (1990) dianggap sebagai yang paling mengesankan dalam kariernya. Ray menerima tujuh nominasi Piala Citra di ajang Festival Film Indonesia, enam di antaranya dalam kategori Aktor Terbaik—sebuah rekor untuk nominasi terbanyak dalam kategori tersebut tanpa kemenangan.

Kehidupan Awal

Ray menghabiskan masa kecilnya di Panti Asuhan Yatim Warga Indonesia, Surabaya. Sejak remaja, ia sudah menaruh minat besar pada dunia akting. Untuk mewujudkan cita-citanya, ia melanjutkan studi ke Institut Kesenian Jakarta pada tahun 1977, satu angkatan dengan Deddy Mizwar dan Didik Nini Thowok.

Karier

Ray memulai debut filmnya lewat Gadis (1980) yang disutradarai oleh Nya’ Abbas Akup. Di film inilah ia bertemu dengan penyanyi dan aktris Dewi Yull, yang kemudian menjadi istrinya.

Pada tahun 1985, Ray mencoba peruntungan di dunia tarik suara dan merilis album solo berjudul Say.... Dua singel utamanya, "Satu Kenyataan Lagi" dan "Say…", dinyanyikannya berduet dengan Dewi Yull dan cukup mendapat sambutan.

Karier filmnya terus berkembang. Ia dinominasikan sebagai Aktor Terbaik dalam Festival Film Indonesia 1989 lewat Noesa Penida (1988). Selain itu, ia tercatat menerima nominasi FFI atas perannya dalam Ponirah Terpidana (1984), Secangkir Kopi Pahit (1985), Kerikil-Kerikil Tajam (1985), Opera Jakarta (1986), Tatkala Mimpi Berakhir (1988), dan Jangan Bilang Siapa-Siapa (1990).

Di masa vakumnya industri perfilman nasional, Ray tetap aktif di dunia seni peran. Ia mendirikan sanggar teater di pinggiran kota dan membentuk komunitas seni. Lewat sanggar ini pula, Ray pernah mengemukakan ide kontroversial tentang perlunya mengganti nama "Republik Indonesia" menjadi "Republik Nusantara".

Ray kembali ke layar lebar pada 2006 lewat film Dunia Mereka. Di tahun yang sama, ia terpilih sebagai salah satu ketua dalam Kongres Persatuan Artis Film Indonesia.

Kehidupan Pribadi

Ray menikah dengan Dewi Yull pada 16 Juni 1981. Pernikahan itu sempat menjadi sorotan karena perbedaan agama dan tidak mendapat restu dari orang tua Dewi. Tak lama setelah pernikahan, Ray memutuskan menjadi mualaf pada tahun yang sama. Pasangan ini dikaruniai empat anak: Giscka Putri Agustina Sahetapy (1982–2010), Rama Putra Sahetapy (1991), Surya Sahetapy (1993), dan Muhammad Raya Sahetapy (2001).

Namun, pernikahan mereka berakhir pada 24 Agustus 2004. Dewi Yull menggugat cerai Ray setelah menolak keinginan Ray untuk berpoligami.

Pada Oktober 2004, Ray menikah lagi dengan Sri Respatini Kusumastuti, seorang pengusaha kafe dan katering yang juga pernah mengajar di Fakultas Seni Pertunjukan Institut Kesenian Jakarta. Dari hubungan sebelumnya, Sri memiliki dua anak.

Ray juga dikenal sebagai pemimpin organisasi Perhimpunan Seniman Nusantara, yang aktif memajukan dunia seni budaya Indonesia.

Kematian

Ray Sahetapy meninggal dunia pada 1 April 2025 di usia 68 tahun akibat penyakit stroke yang telah lama dideritanya.

 

Tidak ada komentar:

Paras Kampungku

Ngatini, Sukarno, Suminem, Suyati, Tukiman, dan Wakidi (Mendapat Hidayah: Gunung Kelir Menjadi Saksi Pertambahan Saudara Seiman

Gunung Kelir, sebuah wilayah yang tenang di Girimulyo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi saksi atas sebuah peristiwa yang men...