Pengikut

Kamis, 11 Juni 2020

Kikuk dan Kekiku

Jam 17.00 keluar dari ruang kuliah, PEP Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Rasanya ingin cepat pulang. Saya membayangkan bila di rumah sudah mandi, teh pahit hangat tersedia, dan bercanda dengan semua anggota keluarga. Ku pastikan sore itu saya akan mengebut agar cepat sampai rumah.

Di perempatan jalan sebelah barat gedung Magister Management UGM, lampu merah menghadang jalanku. Nampak semua orang terburu-buru, bahkan motor di depanku selalu menatap lampu lalu lintas menunggunya berubah hijau. Tanda-tanda ia pun ingin cepat berlalu. Akhirnya yang ditunggu pun tiba. Lampu hijau menyala, semua tergesa, melajukan mobil dan motornya. Aku pun berniat begitu. Tetapi hal itu aku urungkan, bahkan aku berhenti. Ada sesuatu mencuri perhatianku. Kotak bersampun coklat teronggok di tepi kanan jalan.

Ku turun, berhenti mengambilnya. Lampu berganti kuning, lalu merah. Cacian dan amarah para pengendara di belakangku bertubi-tubi datang padaku. Ternyata aku sudah menghambat jalan mereka. Lampu hijau menyala, aku berlalu membawa kotak coklat di pangkuanku. Adzan di masjid kampus UGM menggema. Aku berhenti tapi tak ada niat menuju masjid. Perkara shalat maghrib aku ingin menjamaknya setelah sampai di rumah nanti.

Ku amati bungkusan coklat itu, tertera BPD biru di bungkusnya. Oh rupanya uang. Tetapi ada tulisan kecil di sebuah sudut kotak itu. Nomor HP. 081328 sekian sekian. Sebenarnya malas juga menghubungi nomor ini, tapi .... malaikat berbisik di telingaku mungkin, "Ini bukan hakmu lo". Itu bisikan lembutnya. Rupanya si pemilik nomor HP sedang ada di RSUP Dr. Sardjito sana. Rupanya suaminya akan operasi. Rupanya uang itu sangat diperlukannya.

Meluncur aku ke sana. Ku cari ruang ia kini berada. Ternyata dia ibu muda berhijab bahkan bercadar.  Dia menunggu cemas, aku kah orangnya. Tanpa berkata apa, ku buka tas, ku serahkan bungkusan kotak coklat itu utuh-utuh. Di bukanya, ia tersenyum riang. Ia memelukku. Aku kikuk, aku keki. Ia lupa aku bukan ayah, kakak, adik, atau saudaranya. Kalau lah bukan kata,"Astaghfirullah," yang kuucapkan, ia akan lama memelukku. Aku tak hendak ingin tahu namanya.

Aku ucapkan, "Allahumma Rabbunnasi ...... Pulang.

Tidak ada komentar: