Hari itu aku sedang dijadwal Work from office di madrasahku. Jam 12 siang, handphoneku berdering. Whattsappku menampilkan wajah istriku. Ia memintaku menggantikannya antri karena ia harus menghadiri rapat di kantornya walau ia sedang dijadwal work from home pada jam 15 di kantornya. Disepakati jam 2 siang aku menggantikannya.
Jam setengah dua aku pulang cepat, takut terlambat. Satu kilo dari tempat pak dokter gigi praktek, ku melihat dan berpapasan Honda Beat AB sekian-sekian NL. Rupanya istriku takut terlambat. Eh dia ngebut, tanpa menghiraukan klaksonku. Ku coba berputar arah mengejarnya hanya sekedar bertanya apakah aku jadi menggantinya antri. Ya, Allah dia ngebut. Ku tak mampu mengejarnya. Mungkin dia marah, karena aku terlambat, atau mungkin dia takut terlambat menuju kantornya.
Aku berhenti, dan mengambil handphoneku. Buka WA dan pijit-pijit. "Bu, aku jadi ngantri tidak?" tanyaku lewat WA. Tak menunggu satu menit ada jawaban, "Hiyalah, mosok ngga jadi." Ah sebenarnya aku sudah kecewa. Tadi dikejar-kejar, ia tak acuh-acuh padaku. Giliran ditanya lewat HP, ia cepat menjawab.
Akhirnya pelan-pelan aku berputar menuju ke tempat dokter gigi praktik. Sampai di tempat yang dituju, aku disambut seseorang. "Ah, bapak, ditunggu-tunggu kok lama sekali," ada nada marah seorang wanita. Batinku, "Syukur. Ada yang dimarah istrinya juga." Ternyata dia bukan orang lain. Dia istriku yang ku sayang. Lalu yang ku kejar-kejar tadi siapa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar