Pengikut

Sabtu, 05 Agustus 2023

PEMBUKAAN ALAS MENTAOK ATAU MATARAM DI KOTA GEDE


Kraton Mataram Pertama di Alas Mentaok Kotagede Yogyakatya 
https://www.bing.com/images/search?view=detai

Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawai, dan Ki Juru Mertani

Mereka berasal dari dusun Sela (sekarang di Grobokan), tempat yang diduga kerajaan Mataram Kuno dulu berada.  Mereka keturunan raja Majapahit, Bhre Kertabumi, yaitu Bondan Kejawan Getas Pandawa. Getas Pandawa ini saudara dari Nawangwulan, dan Nawangsih. Ki Ageng Sela, kakek Ki Ageng Pemanahan, mempunyai enam putrid an 1 putra, yang bungsu, bernama Ki Ageng Henis (Enis), yang mempunyai anak bernama Ki Ageng Pemanahan. Ki Ageng Pemanahan dinikahkan dengan Sabinah, putri Nyai Ageng Saba, kakak Ki Ageng Henis. Ki Ageng Henis mengadopsi anak angkat, Ki Penjawi, kemenakan misannya. Adapun Juru Mertani adalah anak keponakan dan kakak menantu Ki Ageng Henis. 

Ki Ageng Sela si Penangkap Petir

Alkisah, sesudah Raja Demak kedua, Dipati Unus wafat, dan diadakan prosesi kepemimpinan di Demak, Ki Ageng Sela tersambar petir tetapi tidak terluka, bahkan dapat menangkapnya dan menyerahkan kepada para wali yang hadir. Ia juga terkenal sebagai cerdik pandai, guru (agama dan kejawen), dalang, seniman, petani kaya (petani gede), tani mukmin (salih). Sebagai dalang dan seniman, ia menciptakan suluk pepali dalam bentuk macapat yang berisi ajaran pandangan hidup kejawen tetapi lebih mengedepankan tauhid dalam agama Islam.

Diangkat Menjadi Lurah Wiratamtama

Ki Pemanahan, atau Ki Ageng Pemanahan berguru kepada kakeknya, Ki Ageng Sela, bersama adik angkatnya Ki Penjawi. Sultan Hadiwijaya, adipati atau raja Pajang, juga murid Ki Ageng Sela. Oleh karena itu, antara Sultan Hadiwijaya, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Penjawai berhubungan akrab seperti saudara. Saat Sultan Hadiwijaya menjadi adipati Pajang, Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawai diangkat menjadi Lurah Wiratamtama di Pajang.

Kraton Mataram Pertama di Alas Mentaok Kotagede Yogyakatya 
https://www.bing.com/images/search?view

Mendapat Tugas Membunuh Arya Penangsang dan Dijanjikan Tanah Perdikan

Suatu kali, Arya Penangsah membalas dendam kematian ayahnya, Radeni Kikin, adipati Jipang Panolan, yang dibunuh oleh Sunan Prawoto, untuk membantu ayahnya Sultan Trenggana naik tahta menjadi raja ke=3 Demak. Arya Penangsang berhasil membunuh Sunan Prawoto, istri dan adik iparnya. Arya Penangsang juga berusaha membunuh putra Sultan Trenggana yang lain, seperti keluarga Adipati Pajang, Sultan Hadiwijaya, tetapi tidak berhasil.

Sultan Hadiwijaya ingin membalas tetapi tak berani terang-terangan karena merasa tidak enak karena antara Aeya Penangsang dan Sultan Hadiwijaya adalah murid-murid Sunan Kudus. Ia minta sahabatnya Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Penjawai untuk membunuh Arya Penangsang. Sultan Hadowijaya menjanjikan tanah Alas Mentaok kepada Ki Ageng Pemanahan dan perdikan Pati kepada ki Penjawi bila ia berhasil melakukan tugasnya.

Akhirnya, pada  tahun 1549, melalui Danang Sutowijaya, putra Ki Ageng Pemanahan, yang juga putra angkat Sultan Hadiwijaya, Arya Penangsang terbubuh. Dengan kematian Arya Penangsang, kekuasaan Demak, yang dipegang oleh Arya Penangsang di Jipang Panolan, diambil alih dan dipindah ke Pajang. Jadilah Hadiwijaya menjadi penerus raja Demak. Saat pelanyikan menjadi raja inilah, Sunan Giri menyampaikan bahwa alas Mentaok akan menjadi kerajaan besar, setelah Pajang.

Memimpin Perdikan Mataram

Perdikan Pati langsung diserahkan kepada Ki Ageng Penjawi. Sedangkan Alas Mentaok tidak segera diserahkan. Akhirnya, pada tahun 1556, melalui pendapat Sunan Kalijaga, salah satu guru Sultan Hadiwijaya dan Ki Ageng Pemanahan, Alas Mentaok pun diberikan. Ko Ageng Pemanahan bersumpah untuk setia kepada Sultan Hadiwijaya.

Sejak itu Ki Ageng Pemanahan bersama sahabatnya Ko Juru mertani membuka alas atau hutan Mentaok, sebagai tanah perdikan. Artinya, Ki Ageng Pemanahan berhak mengelola Mentaok dan tidak perlu membayar pajak, dan hanya harus mengadap Sultan Hadiwijoyo di Pajang setahun sekali. Alas Mentaok, ia beri nama Mataram. Dan karena ia menjadi penguasa Matram walaupun bukan raja atau adipati, dan ia bergelar Ki Gede Mataram. Ki Ageng Pemanahan atau Ki Gede Mataram wafat pada tahun 1584


Tidak ada komentar: