Tahun 1582, Raden Pabelan, Raden Pabelan, keponakan Sutowijaya penguasa Mataram, dihukum mati oleh Sultan Hadiwijaya karena berani memasuki dan menyusup ke dalam keputrian menemui Ratu Sekar Kedaton (putri bungsu Sultan Hadijaya. Ayah Pabelan yang bernama Tumenggung Mayang dijatuhi hukuman buang karena diduga membantu anaknya, Raden Pabelan. Ibu Raden Pabelan, yang merupakan adik perempuan Sutawaijaya meminta bantuan kepada Sutowijaya. Ia pun mengirimkan utusan untuk merebut Tumenggung Mayang dalam perjalanan ke Semarang.
Apa yang dilakukan Sutowijaya menjadi alasan Sultan Hadiwijaya menyerang Mataram. Ia pun memimpin penyerangan tersebut. Pasukan Pajang lalu bermarkas di lereng Merapi dengan jumlah yang banyak. Pasukan Pajang sebenarnya hampir memenangkan peperangan. Tapi tiba-tiba gunung Merapi meletus dan lahar dinginnya menerjang sebagian pasukan Pajang.
Sultan Hadiwijaya menarik pasukannya mundur. Dalam perjalanan pulang, ia singgah ke makam Sunan Tembayat namun tidak mampu membuka pintu gerbangnya. Hal itu dianggapnya sebagai firasat kalau ajalnya segera tiba. Ia pun melanjutkan perjalanan pulang. Di tengah jalan ia jatuh dari punggung gajah tunggangannya, sehingga harus diusung dengan tandu. Sultan Hadiwijaya berwasiat supaya anak-anak dan menantunya jangan ada yang membenci Sutawijaya, karena perang antara Pajang dan Mataram diyakininya sebagai takdir. Selain itu, Sutawijaya sendiri adalah anak angkat Hadiwijaya yang dianggapnya sebagai putra tertua.
Sutawijaya, walaupun sudah menang tetap mengikuti kepulangan Sultan Hadiwijaya ke Pajang. Ia bersama 40 pengikutnya berkendara kuda mengikuti Sultan Hadiwajaya dengan sangat sopan, dan dengan penuh penghormatan, tidak membuat kekacauan. Sebab bagaimanapun Sultan Hadiwijaya adalah ayah angkatnya. Ketika Sultan di Keraton Pajang, Sutowijaya hanya menunggu di desa Laweyan dan Mayang.
Adiwijaya alias Jaka Tingkir akhirnya meninggal dunia tahun 1582 tersebut. Ia dimakamkan di desa Butuh, yaitu kampung halaman ibu kandungnya. Makam Butuh berada di desa di Dukuh Butuh, Desa Gedongan, Kecapatan Plupuh Sragen Jawa Tengah. Di sini pula dimakamkan ayah dan ibu Sultan Hadiwijaya.
Berikut bebarapa yang dimakamkan di Butuh
2. Nyi Ageng Kebo Kenongo
3. Sultan Hadiwijaya atau Raden Jaka Tingkir atau Raden Mas Karebet
4. KP Benowo
5. KP Monco Negoro
6. K. Tmg. Wilomarto
7. K. Tmg. Wuragil
8. KP Tedjowulan
9. KRt. Kadilangu
10. KPH Sinawung
11. KR Adi Negoro
12. Garwo
13. RAy. Pagedongan
14. Ray. Kodok Ijo
15. KA Ngerang
16. Nyi Ageng Ngerang
17. KPH Mas Demang Brang Wetan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar