Menurut Bahasa
Syafaat berarti mengumpulkan
sesuatu (menggabungkan sesuatu dengan sejenisnya). Syafaat adalah wasilah
(perantara) dan thalab (permintaan).
Menurut Istilah
Syafaat berarti سؤال ا لخير
للغير (meminta kebaikan untuk
orang lain). Contohnya adalah doa seseorang untuk saudaranya dan permohonannya
kepada Allah agar Allah menuntun saudaranya dalam kebenaran. Sayid Sabiq
mengartikannya dengan memohonkan kepada Allah untuk kebaikan para manusia di
akhirat.
Siapa Pemilik Syafaat
Syafaat itu hanya milik Allah semata seperti dalam surat
az-Zumar(39) : 44:
قل
للهِ الشفعة جميعًا
Katakanlah : Hanya kepunyaan
Allah syafaat itu semuanya..
BAGI SIAPAKAH SYAFAAT ITU
Syafaat itu bagi orang beriman yang mentauhidkan
Allah dan bukan bagi orang-orang yang mengerjakan syirik.
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Abu Harairah bertanya kepada
Nabi saw:
أَسْعَدُ
النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَومِ الْقِيَامَةِ
”Siapa orang yang paling beruntung mendapatkan syafaat
darimu?”
Beliau menjawab,
مَنْ
قَالَ لا إله إلا الله خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ
”Yaitu orang-orang yang bersaksi bahwa tiada Ilah/Tuhan
(yang berhak disembah) kecuali Allah, dengan persaksian yang tulus.”
Atau hadits riwayat Muslim dan Tirmidzi berikut:
لِكُلِّ
نَبِيِّ دَعوَةٌ مُستَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ
نَبِيِّ دَعْوَتُهُ وَإِنِّيْ ا جْتَبَأْتُ دَعْوَتِيْ شَفَاَعَةً لأُمَتِي يَوْمَ
الْقِيَامَةِ . فَهِيَ نَائِلَةُ إِنْ شَاءَ
الله مِنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لاَ يُشرَكَ بِاللهِ شَيْئًا
Bagi setiap Nabi (tersedia)
baginya satu doa mustajab (pasti dikabulkan oleh Allah swt). Maka semua nabi
telah menyegerakan permintaannya, kecuali aku. Sebab aku masih menyimpan
permintaanku itu agar menjadi syafaat untuk umatku, kelak pada hari kiamat.
Maka syafaatku itu insyaallah mencapai siapa saja dari umatku yang meninggal
dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan apapun selain-Nya . (Shahih
al-Jami’: 5176)
Syafaat itu bagi orang-orang
yang diridlai Allah swt untuk menerima syafaat-Nya,
Firman Allah dalam al-Anbiya (21):28.
وَلاَ
يَشْفَعُونَ إِلاَ لِمَنِ ارتَضَي
“Dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang
yang diridlai (Allah)”.
Sedangkan bagi orang yang bukan ahli tauhid dan melakukan
syirik kepada-Nya, mereka tidak berhak mendapatkan syafaat Allah. Karena Allah
tidak mengampuni dosa syirik tetapi mengampuni dosa-osa lainnya.
إِن
الله لاَ يَغفِرُ أَن يُشرَكَ بِهِ ~ وَيَغفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ
Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan dia mengampuni segala dosa selain
darinya itu bagi siapa yang dikehendaki (an-Nisa: 48)
SIAPA YANG BISA MEMBERI MANFAAT
Mereka yang dapat memberi syafaat adalah orang-orang yang Allah ridlai untuk
memberi syafaat. Firman-Nya ta’ala dalam surat Thaha(20):109:
يَومَئِذٍ
لاتَنفَعُ الشفَعَةُ إِلا مَن أَذِنَ لَهُ الرَحمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلا
Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang
yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridlai
perkataanya.
Mereka itu adalah Nabi Muhammad
saw, para nabi, para malaikat dan orang-orang shalih yang akan memberikan
syafaatnya. (lihat shahih Bukari IX/185-191, dan Shahih Muslim I/179-184).
MACAM MACAM SYAFAAT
Syafaat Agung (syafaat Uzhma)
Ini khusus milik Nabi Muhammad,
yaitu permohonan oleh Nabi Muhammad kepada Allah Ta’ala agar segera diadakan
putusan dan penetapan antara seluruh makhluk, agar mereka dapat berhenti dari
kesengsaraan dan penderitaan yang diderita di padang Mashar, tempat mereka
berkumpul, seperti yang diceritakan dalam hadist riwayat Muslim. Pada hari
kiamat manusia menghadapi tekanan dan bencana yang besar, sebagian dari mereka
berkata kepada yang lainnya, ”Carilah syafaat bagi kita di sisi Allah”. Mereka
menghampiri Adam, bapak semua manusia, sambil menyebut kemuliaanya - Allah
menciptakannya dengan tangan-Nya, para malaikat sujud kepadanya dll, tetapi
Adam merasa keberatan karena beliau pernah durhaka kepada-Nya dengan makan buah
yang dilarang-Nya. Kemudian mereka menghapiri Nuh dengan mengatakan
kemulian-kemuliaanya - Beliau rasul pertama kali yang Allah utus di muka bumi,
Nuh as menolak karena ia pernah meminta kepada Allah tanpa dilandasi
pengetahuan (lih.Hud:45). Kemudian menghampiri Ibrahim - sebagai khalilullah
(kekasih Allah), tetapi Ibrahim as menolak karena pernah melakukan kesalahan
tiga kali. Lalu mereka menghampiri Musa as, iapun keberatan karena pernah
membunuh jiwa yang tidak diperintah untuk dibunuh (orang Qibthi), lalu mereka
menghampiri Isa-kalamullah, tetapi ia menolak karena ada orang yang
kedudukannya lebih tinggi dari dia, sambil berkata “Temuilah Muhammad seorang hamba yang dosa terdahulu dan yang
akan datang telah diampuni. Mereka mendatangi Muhammad, lalu Beliau meminta
syafaat kepada Allah, agar menenangkan manusia pada saat itu. (lihat HR.
Bukhari IX/179 dan HR Muslim I/180-187).
Syafaat untuk penghuni surga
Karena setelah calon penghuni surga menyeberangi ash-shirath
dan tiba di depan surga, mereka mendapati pintunya tertutup. Lalu Muhammad saw memohon syafaat kepada
Allah swt untuk membukanya. Sebagaimana riwayat Muslim dari Anas bin Malik ra
dia berkata bahwa Rasullullah saw bersabda:
أَنَا أَوَّلَ
النَّاسِ يَشْفَعُ فِي الْجَنَّةِ وَ أَنَا أَكْثَرُ الأَنْبِيَاءِ ت
Aku adalah orang pertama yang memberi syafaat untuk masuk
surga dan aku adalah nabi yang paling banyak pengikutnya. (lihat HR Bukhari
I/188).
Syafaat untuk orang-orang yang jumlah kebaikannya sama
dengan dosanya supaya bisa masuk surga (lihat QS al-A’raf : 46-49).
Syafaat untuk mengangkat ahli surga di atas yang
semestinya.
Syafaat untuk orang-orang yang sudah diputuskan masuk
neraka supaya tidak masuk neraka.
Syafaat untuk orang-orang agar bisa masuk surga tanpa
dihisab (lihat Bukhari VIII/140 dan Muslim I/197-198).
Allah juga berfirman
أُدْخِلِ
الْجَنَّةَ مِن أُمَّتِكَ مَنْ لاَ حِسَابَ عَلَيْهِ مِنَ الْبِابِ الأَيْمَنِ
مِنْ أَبْوَابَ الْجَنَّةِ
Masukkanlah ke surga dari umatmu
orang-orang yang tidak dihisab dari pintu kanan dari pintu-pintu surga (HR
Muslim: I/185-186). Dan hal itu terjadi setelah ada syafaat
Syafaat untuk mengeluarkan orang-orang Islam yang berdosa
yang telah masuk neraka agar dikeluarkan darinya.
Sebagaimana diterangkan dalam hadist-hadist mutawatir.
Syafaat ini umum; berkali-kali dilakukan oleh Rasulullah saw, juga malaikat dan
para nabi, serta orang-orang mukmin juga akan memberikan syafaat. (Lihat Shahih
al-Bukhari IX/185-191 dan Shahih Muslim I/179-184).
يَخرج
قوم من النار بشفعة محمد صلي الله عليه و السلام يدخلون الجنة ويسنون الجهنميين
Akan ada sekelompok orang yang
keluar dari neraka dengan syafaat Muhammad saw lalu mereka masuk surga. Mereka
ini disebut al-jahanamiyun (yakni orang-orang yang diselamatkan dari jahanam
(HR Bukhari, Ahmad, Abu Daud, lih. Shahih al-Jami’ash-shaghir no. 8055).
Syafaat Rasul untuk meringankan siksa pamannya, Abu Thalib.
Syafaat Beliau tidak membuatnya keluar dari neraka karena ia
meninggal dalam keadaan musyrik.
لَعَّلّهُ
تَنْفَعُهُ شَفَاعَتِي يَومَ القِيَامَةِ فَيُجْعَلُ فِي ضَحْضَاحِ مِن نَارِ
يَغْلِي مِنهُ دِمَاغُهُ
Mudah-mudahan syafaatku akan
menolongnya (Abu Thalib) pada hari kiamat, kemudian ia ditempatkan di dhahdhah
dari neraka yang membuat otaknya mendidih. (HR Bukhari VIII/144 dan Muslim 1/195)
YANG DAPAT MEMBERIKAN SYAFAAT
SELAIN RASULULLAH DAN PARA MALAIKAT
Orang iman yang mendoakan orang iman lainnya.
Misalnya anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya,
kalau Allah mengizinkan dan mengabulkan doanya, maka Allah pun akan mencintai
orang tuanya seperti orang tua mengasihinya diwaktu kecil. Demikian juga orang
yang melakukan sholat jenazah. Seperti HR Muslim dari Ibn Abbas ra bahwa dia
mendengar Nabi saw bersabda,
وعن
ابن عباس رضي الله عنهما قال سمعت النبي صلي الله عليه وسلام : يقول رجل مسلم يموت
,فيقوم علي جنازته أربعون رجلا لا يشركون بالله شيئا إلا شفعهم الله فيه
”Jika ada seseorang Muslim
meninggal, lalu ada empat puluh orang yang tidak menyekutukan Allah sholat atas
jenazahnya niscaya Allah akan memberikan syafaat untuknya (lihat Bulughul Maram
hadist no. 581)
Para suhada
يَشْفَعُ
الشهيد في سَبعِينَ مِن أَهلِ بَيتِهِ
Akan memberi syafaat seorang
syuhada untuk tujuh puluh orang dari keluarganya. (HR. Abu Daud dari Abu Darda’
Shahih al-Jami’ash-shaghir no: 8093). Dan masih ada contoh-contoh yang lain.
AGAR MENDAPATKAN SYAFAAT?
Mentauhidkan Allah
Abu Hurairah bertanya kepada Nabi saw: ”Siapa orang yang
paling beruntung mendapatkan syafaat darimu?” Beliau menjawab,
أَسْعَدُ
النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَومِ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لا إله إلا الله خَالِصًا
مِنْ قَلْبِهِ أو نَفْسِهِ.
”Aku berikan syafatku pada hari
kiamat (yaitu) orang-orang yang bersaksi bahwa tiada Ilah/Tuhan (yang berhak
disembah) kecuali Allah, dengan persaksian yang tulus dalam hati atau dirinya.”
(HR Bukhari: no.99)
Membaca al-Quran
إِقْرَءُوا الْقُرْاَنَ فَإِنَّهُ
يَأْتِي شَفِيعًا ِلأَصْحَبِهِ
Bacalah al-Quran. Sesungguhnya
dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi sahabatnya. (HR
Muslim no. 804)
Puasa (HR Ahmad II/174,
al-Hakim I/554)
Berdoa setelah azan (HR
Bukhari no. 614)
Shalawat Kepada Nabi.
Nabi bersabda:
أَوْلَى النَّاسِ بِشَفَعَتِي يَومِ
الْقِيَامَةِ أَكْثَرُ هُمْ عَلَيَّ صَلاَةً
Orang yang paling berhak mendapatlan
syafaatku pada hari kiamat adalah, yang paling banyak shalawat kepadaku (HR
Tirmidzi: no. 484)
Shalatnya sekelompok muslim
terhadap mayat muslim
Memperbanyak sujud (HR Muslim
no. 226)
KEPADA ALLAH SAJA KITA MINTA
SYAFAAT
إِنْ
تَدْعُوهُم لاَ يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُم،
وَيَوْمَ الْقِيَمَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُم، وَلاَ يُنَبِئُكَ مِثْلَ خَبِيرِ.
Jika kamu menyeru (berdoa)
mereka, mereka tidak mendengar seruanmu, kalaupun mereka mendengar, mereka
tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan pada hari Kiamat mereka akan
mengingkari kesyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan
sebagaimana yang diberikan oleh yang Maha Mengetahui. QS Fathir: 14.
TIDAK BOLEH MINTA SYAFAAT ATAU
SELAINNYA
Rasulullah bersabda:
إِنَّهُ
لاَ يُسْتَغَاثُ بِي وَإِنَّمَا يُسْتَغَاثُ بِاللهِ.
Sesungguhnya tidak boleh beristighatsah kepadaku, tetapi
istighatsah itu seharusnya kepada Allah (HR ath-Thabrani – lihat Muhammad at
Tamimi, Syaikh, Kitab at-Tauhid, bab Termasuk syririk: Istightsah atau doa
kepada selain Allah)
Bahkan beliau bersabda kepada kita:
إِذَا
سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَ إِذَا اسْتَعِنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ
Apabila engkau meminta, maka
mintalah kepada Allah dan apabila engkau memohon pertolongan, maka mohonlah
pertolongan kepada Allah (HR at-Trimidzi, ia berkata kadist ini shahih).
Maraji:
’Aqidah al-Islamiyah, Sayyid Sabiq ,
Bulughul Maram, Ibn Hajar al-Atsqalani
At-Tauhid li ash-Shafi ats-Tsani al-‘Ali, Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan
222 Su’aal wa Jawaab fi al-‘Aqidah al-Islamiyah, Syaikh
Hafizh bin Ahmad Hakami
Al-Qaul al-Mufid ‘ala Kitab al-Tauhid, Shaikh Muhammad bin
Shalih al-Utsaimin
Kaifa Nata’amalu ma’a as-Sunah an-Nabawiyyah. Dr. Yusuf
Qardhawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar